Sunday, January 27, 2019

Overthinking

Ada 1 bad habit yang saya miliki dari saya kecil, "overthinking". Hal ini sering jadi penyebab kecemasan saya yang berlebihan. Adakalanya saya capek jadi orang yang selalu overthinking, dan saat ini adalah puncak rasa muak saya terhadap overthinking ini. Gara2 overthinking, saya jadi gak sepenuhnya "hadir" di momen2 berharga, misalnya lagi reunian sama temen SMA. Normalnya, ini adalah hal yang paling saya suka, bertemu dengan jangkar kehidupan saya, berbincang penuh kehangatan, becanda yang itu-itu saja tapi selalu terasa baru. Tapi, ada hal yang berkaitan dengan kerja yang mengganggu pikiran saya seharian ini. Saya cemas, takut akan timbul banyak issue saat projectnya berjalan besok. So, saat lagi acara saya malah hubungin teman kantor saya, yang susah sekali dikontak (karena weekend juga kali jri!). Dan itu hanya menambah kecemasan saya. Sampai pulang pun, mereka belum memberi update apa2 dan makin memperparah kecemasan saya. Selesai acara reuni saya merasa hampa, kosong banget, saya baru mulai merasa sedikit lega ketika teman saya akhirnya balas whatsap saya. Tidak sampai 5 menit, isu yang muncul dari pagi sudah terselesaikan. Ya, karena overthinking saya seringkali khawatir berlebihan yang ga ada faedahnya dan merugikan saya dua kali karna saya gak bisa live the moment saat berbagai isu datang melanda. Hhhhh, capek.

Saturday, January 19, 2019

Saat ini doa saya cuma 1; lolos beasiswa Erasmus Mundus dan bisa mulai kuliah September tahun ini. Butuh banyak doa banget nih supaya Allah berbaik hati mewujudkannya. Tapi beasiswa ini beda dari beasiswa kebanyakan, yang mana hanya mengandalkan essay yang kita buat tanpa adanya interview. Proses bikin essay pun luar biasa melelahkan. Saya ga inget berapa banyak sleepless nights selama prosesnya, yang saya inget saya mulai bikin essay itu akhir November dan baru selesai finalnya tanggal 14 Januari. Bahkan setelah dibaca lagi pun masih aja terasa essay yang saya buat, dengan feedback dari 5 orang dan 9x revisi, masih gak sekuat essay kak Putri, senior saya yang dapat beasiswa ini tahun lalu. So, bagi saya yang saya butuhkan saat ini adalah keajaiban, ridho Allah, itu aja. Ridho orang tua insha Allah udah dapet, ikhtiar udah, doa udah, ya tinggal hasilnya aja lah. No matter tu essay jelek sekalipun, klo Allah udah berkehendak ya kun fayakun. Begitu juga sebaliknya, se-pede apapun diri saya sama tu essay, ditambah ikhtiar dan doa, klo emang takdirnya bukan buat saya ya ga bakal dapet juga. Yahhh, saya mah cuma berdoa kalaupun hasilnya gak sesuai sama keinginan, Allah berikan hati saya ketenangan, keikhlasan, supaya saya gak terlalu kecewa yang akhirnya melakukan kebodohan-kebodohan yang merugikan diri saya sendiri. Amiinn.
Punya sahabat dari kecil sampai sekarang, dimana kita bisa mencurahkan segala cerita, emosi, kebahagiaan, kesedihan, ahhh, pasti senang rasanya punya sahabat seperti itu. I had once, but as we grew up, things happened. Bodohnya saya bahkan ga inget what was that stupid things that separated us. Waktu berjalan saya punya sahabat yang lain, kami sering menjalani random things bareng-bareng, random trip, random kulineran, tapi tahun-tahun belakangan the "are" perlahan berubah menjadi "were". Ketika kita menganggap seseorang itu berarti untuk kita, we'll definitely prioritize them over anything, no? Dan sekarang makin kerasa kalau saya hanya complimentary, backup plan klo emang ga ada lagi yang bisa nemenin hari-harinya. When you value friendship more than ever and it turns out that they don't feel the same anymore, bhayyy.
Mencoba menjadi orang yang adil sejak dalam pikiran tuh susah banget ya, pengen rasanya bisa sebijaksana itu. Apalagi jaman sekarang yang mana banyak orang senang menghakimi orang lain, sedikit2 dibilang ini lah itu lah, ahh,, andai mereka tau bahwa kita manusia ini cuma remahan dibanding Dia yang Maha Besar. Who are we to judge, guys?