Sudah lama saya ingin mengunjungi kota cantik Edinburgh tapi selalu saya tahan karena saya gak mau mengunjunginya hanya 1 hari PP meskipun jarak Glasgow - Edinburgh yang terbilang dekat, mungkin mirip Depok - Bekasi. Selain gak mau sehari, saya juga gak mau sendiri karena saya berencana hiking dan hiking sendirian itu gak enak, trust me.
Edinburgh yang diberi julukan The Athens of The North, adalah ibu kota Scotlandia sejak abad 15 dan merupakan World Heritage UNESCO yang terbagi kedalam 2 wilayah; Old Town dan New Town. Kota medieval yang penuh bangunan historic ini berada di atas gunung vulkanik yang sudah mati, dengan dataran paling tingginya adalah Edinburgh Castle. Well, saya sendiri melihatnya itu bukan kaya kastil melainkan sebuah desa, karena memang kompleks kastilnya besar banget. Sebagai kota wisata, banyak free walking tour yang bisa diikuti, ada Old Town, Harry Potter tour, Ghost Tour. Saya sendiri ikut free walking tour sekitar Old Town dan jadi tau bahwa dulu Edinburgh adalah kota penuh penyakit dan kumuh, dan kebanyakan bangunan yang saat ini berdiri adalah hasil renovasi sejak abad 18. Banyak cerita menarik lainnya dari Ryan, tour guide kami. Saya sangat merekomendasikan ikut free walking tour ini, tinggal daftar secara online.
Secara kebetulan dan tak pernah terpikirkan sebelumnya, Aram, kawan CS (Couch Surfing) saya di Turki mau migrate ke UK dan saat ini sedang ikut tes sertifikasi dokter di sini, jadilah kami merencakan traveling bareng ketemu langsung di Edinburgh. Sebagai sesama CS, tentu kami cari CS supaya ga keluar biaya akomodasi di Edinburgh, tinggallah kami di flat Miko, seorang CS asli Polandia. Miko sempat ajak kami hang out ke tempat temannya dan karokean bareng, disitulah saya merasa tua karena hanya 1 dari 9 orang yang tau lagu yang saya nyanyikan (Simple Plan - Welcome to My Life). Malam kedua kami disana Miko ajak kami nonton bareng di laptop bareng2 flat mates dia yang lain. Selain ketemu Miko, kami juga hang out dengan Josh, CS lain dari US yang baru aja pindah ke Edinburgh selama sebulan. Josh adalah chef yang suka bikin gulai ayam Indonesia, next trip ke Edinburgh rencananya bakal stay sama dia karena Miko pindah ke London dalam waktu dekat.
Setelah seminggu hujan dan angin kencang, hari Sabtu-Minggu saat kami di Edinburgh cuaca begitu bersahabat, dan bertepatan dengan National Remembrance Day sehingga kami berkesempatan liat military parade di kota ini. Cerahnya cuaca disini memungkinkan kami untuk bisa liat sunset saat di Arthur Seat dan di Calton Hill. I can say it was a perfect sunset di Calton Hill, Alhamdulillah!
Traveling is always about the journey, not the destination. It's not always about the place but with who you travel with, itulah pentingnya nemuin travel mate yang 1 frekuensi, dan si Aram ini salah satunya. Ternyata gaya traveling berubah seiring pertambahan usia. Saat usia awal 20-an tiap traveling saya mau visit ke banyak tempat dalam 1 hari, klo bisa lebih dari 5 lokasi, ambisius memang. Beda saat saya memasuki generasi 3.0 dimana traveling yang asik adalah traveling yang selow, kunjungin 2-3 tempat dalam sehari pun udah cukup supaya bisa menikmati setiap momennya. Hari pertama saya hanya keliling Old Town bersama rombongan free walking tour, setelahnya ke Arthur Seat. Hari kedua, kami hanya ke Castle, Botanical Garden, dan Calton Hill. Kebanyakan dari trip ini adalah jalan kaki, ngobrol, dan bengong nikmatin me time masing-masing saat kecapekan ngomong.
Banyak tempat yang belum saya kunjungi di kota cantik ini karena memang saya akan kembali kesini lagi, mengunjungi tempat lainnya yang penuh sejarah. Musim panas adalah saat terbaik untuk mengunjungi Edinburgh, tapi harus siap dengan biaya akomodasi yang lebih mahal, well, kecuali klo mau tinggal sama CS seperti saya.
Saat pulang dari Edinburgh temen nanya, gimana Edin? What I can say, it was a perfect trip! So happy akhirnya bisa ngunjungin kota cantik ini dengan travel mate yang juga sefrekuensi.
with Nuri yang ubah namanya jadi Aram, my fellow Kurdish guy |
No comments:
Post a Comment