Sunday, December 6, 2015

My Journey in Quipper

F: Halo selamat siang, betul ini dengan pak xxxx?
X: Iya betul, ini siapa ya?
F: Saya Fajrie pak dari Quipper.
X: Apa? Twitter?
F: Bukan pak, Quipper School.
X: Hah? Liverpool?
F: @#$^&*&^%$#@#$%




Malam ini habis berkunjung ke rumah salah satu sahabat kentel saya, Dea, saya jadi ingin cerita tentang pekerjaan saya di Quipper. Dialog di atas adalah dialog yang tidak cuma sekali saya alami saat saya pertama kali kerja di Quipper sebagai Customer Support. Yupp, setelah 1 tahun menjadi guru di Papua, saya yang sebelumnya adalah konsultan pajak akhirnya membanting stir mengikuti passion saya untuk bekerja di bidang pendidikan.

Quipper ini adalah perusahaan yang bergerak di bidang pendidikan dengan menyediakan sebuah platform dimana guru-guru bisa memberikan tugas ke siswanya, semua materinya sudah ada dan sesuai kurikulum nasional, dan guru tidak perlu memeriksa tugas anak2 secara manual, tinggal download saja nilai siswa tersebut, dan itu semua GRATIS!! Efektif dan bermanfaat sekali bukan? Jadi guru punya lebih banyak waktu untuk mengerjakan hal lainnya, khususnya tugas2 administrasi seperti EPUPNS, UKG, dll.

Saya tau tentang Quipper ini awalnya dari senior IM saya yang sudah lebih dulu kerja di Quipper, Petra namanya. Teman saya Mitha juga punya andil besar sampai akhirnya saya kerja di Quipper, karena dia yang memberitahu tentang kedatangan Manager Quipper dari Jepang ke Indonesia untuk interview. Karena Quipper tidak punya kantor di Indoneisa, jadilah interview di lobi hotel, lobi kantor, dan direstoran. Sialnya hari itu saya orang terakhir yang diinterview, sudah malam dan 3 tempat yang saya sebutkan tadi sudah tutup semua. Jadilah saya diinterview di luar ruangan, di teras kantor Sovereign Plaza. Itu adalah interview tercepat yang pernah saya alami, tidak sampai 30 menit dan saya sudah langsung diterima, Alhamdulillah.
*) karena interview di dalam ruangan sudah terlalu mainstream
Awalnya saya ragu mengambil tawaran ini karena kerjanya bukan di Indonesia, melainkan di Filipina, artinya komunikasi harus dengan bahasa Inggris. Tapi karena tuntutan ekonomi jiwa petualangan saya juga sudah haus berkelana, maka saya ambillah tawaran ini. Sebelum berangkat ada teman yang nyeletuk, "ngapain lu jauh2 ke Filipina cuma jadi CS?" Pertanyaan itu cukup mengusik saya saat itu, tapi seperti biasa, ridho dari ibu saya lah yang akhirnya menguatkan, dan saya yakin kalau ibu saya ridho pasti Allah pun ridho.

Setelah dijalani selama sebulan saya jatuh cinta dengan pekerjaan ini. Saya merasa sangat bermanfaat bekerja di sini karena saya yakin dengan manfaat produk perusahaan saya yaitu Quipper School, dan sayalah yang memandu para guru itu sampai akhirnya bisa memanfaatkan produk tersebut, rasa puas dengan melayani orang lain dan dapat memberi manfaat bagi orang lain cukup membuat saya bahagia. Bekerja dengan hati, ya, itu yang saya lakukan, dan ternyata benar yang orang2 katakan, jika kita bekerja dengan hati maka semua akan menjadi lebih mudah, pekerjaan pun tidak terasa menjadi beban.

Efek bekerja dengan hati sukses mengantarkan saya menjadi salah satu Top Performer di bulan pertama saya bekerja di sini :)

Sebagai sebuah start up company, lingkungan kerja di Quipper begitu dinamis. Tidak jarang business process bisa berubah dalam 1 hari. Banyak program percobaan yang dilakukan untuk melihat efektifitasnya dalam meningkatkan users. Alhamdulillah, saya dipercaya untuk menjalani dan memimpin pilot program yang akan diimplementasikan di Indonesia bersama dengan 2 rekan saya. Setelah 1,5 bulan program berjalan ternyata hasilnya sangat memuaskan, dan saya pun dipercaya untuk menjadi salah 1 dari 3 team leader saat itu.

Waktu terus berjalan dan Quipper pun berkembang begitu pesatnya sampai akhirnya titel CS hanya sebagai formalitas, dimana seluruh pekerjaan yang kami lakukan sudah jauh diluar job desc CS pada umumnya. Saat itu saya juga pada akhirnya dipercaya untuk ikut mengunjungi sekolah2 dan memberikan pelatihan di sana. Inilah yang saya tunggu-tunggu sejak awal, yaitu bekerja di luar kantor, bertemu dan berinteraksi langsung dengan para users. Kegiatan school visit semakin sering saya lakukan sampai keluar kota, Cirebon. Berikutnya kami diberi tantangan untuk melakukan road show ke beberapa kota untuk memperkenalkan produk baru kami yaitu Quipper Video, iya, yang ada iklannya di televisi itu :)

Makassar, Surabaya, Yogya, Medan, Bandung, lima kota itu saya kunjungi selama road show, memperkenalkan produk kami ke berbagai SMA di kota tersebut. Selama road show kami juga mengadakan meet up dengan para users, sebuah acara sharing dan silaturahim dimana saya hampir selalu jadi MC-nya. Sekarang saya sudah di tim yang baru, lagi-lagi sebuah pilot program yang kali ini sasarannya adalah para mahasiswa/i di kota-kota yang akan kami kunjungi, yaitu Semarang, Yogya, Malang, Surabaya, Bandung dan Makassar. Perasaan khawatir selalu ada saat saya dipercaya menjalani sesuatu yang baru ini, tapi Alhamdulillah sejauh ini sukses, mudah-mudahan kali ini pun akan sukses.

Jadi inilah saya saat ini, CS, team leader, trainer, sales, MC, bahkan event organizer yang menjalani berbagai event di beberapa kampus ternama. Yap, inilah resiko bekerja di start up company, harus bisa adaptif dengan situasi perusahaan yang begitu dinamis, dan harus bisa banyak hal serta akan belajar banyak hal. Seiring berjalannya waktu dan beragamnya pekerjaan yang saya lakukan di kantor, saya makin senang bekerja di Quipper. Dengan riwayat saya yang selalu ganti profesi tiap tahun, semoga kali ini saya bisa bertahan lama di kantor yang sekarang. Dan meskipun saat ini tim Quipper sudah banyak anggota keluarga baru, tapi tetap, formasi awal staf Quipper tidak akan pernah terlupakan, saat susah senang struggle di negeri orang, dan inilah formasi awal kami saat kick off dinner di Manila :')
Moral of this story adalah bekerjalah dengan hati maka semua akan terasa mudah dan tidak menjadi beban, tidak ada salahnya mengikuti passion dan jangan lupa minta ridho orang tua, adaptif adalah sifat yang harus dimiliki jika ingin sukses di dunia kerja khususnya start up, jangan terlalu mendengar apa kata orang karena kebahagiaan diri kita sejatinya hanya kita yang bisa menciptakannya, selalu positif dan jangan takut menerima tantangan :)

5 comments:

Ecky Agassi said...

Sukses terus jriii :) *salim lagi*

dea alias dey said...

Keren kaaaak. :')
Apalagi part yang interview di teras, hihi. Untung bentar yak bisa2 masuk angin dan kentut turbo deh hahahahaha

Fajrie said...

saling mendoakan ya ckuy :D

@dedi: kentut turbo cuma punya lu kok ded, udah dipaten XD

dea alias dey said...

Iya yak, anak gw aja udah berhasil kentut turbo seperti emaknya xD

Fajrie said...

buah jatuh tak jauh dari pohonnya kan, ckckck