Sunday, August 5, 2018

Seongju Culture Festival

Kebiasaan saya kalo tiap weekend gak ada kegiatan rutin adalah mulai mikir macem-macem, dan yang paling sering adalah resign resign dan resign, saking bosennya. Setelah berjibaku dengan IELTS tiap weekend di bulan Januari, Februari kebosanan itu melanda kembali, dan di saat puncak kebosanan saya melihat di status whatsap teman saya, sebut saja Anneke, ada postingan tentang Culture Festival, atau lebih familiar disebut misi budaya, di Seougju, Korea. Sifat impulsif saya langsung keluar dan saat itu juga langsung daftar untuk ikut acara itu. Meskipun saya gak suka Korea dan gak pernah ada niat mau kesana, tapi yang saya kejar adalah misi budayanya. Buat komunitas tari sebenernya acara misi budaya lebih familiar saat di bangku kuliah, tapi berhubung saya ga gaul di kampus saat kuliah saya ga pernah tau ada kegiatan2 macem gini. Keinginan kuat saya untuk resign punya pengalaman ikut misi budaya lah yang akhirnya membuat saya begitu impulsif ikutan acara ini sehingga keinginan saya untuk resign jadi teralih.

Kontingen Indonesia mengirim 3 tim, 1 dari Bandung dan 2 dari tim kami yang masing-masing membawakan 1 tarian yaitu Tari Piring dari Minang dan Tari Enjot-Enjotan dari Betawi. Kami punya waktu 2 bulan untuk latihan. Awalnya saya lebih berkeinginan untuk membawakan tari piring karena saya lihat tari betawi terlalu mudah, tapi karena tari betawi butuh berpasangan sedangkan hanya ada 3 pria di tim kami, jadilah ketiganya harus ikut tari betawi. Saat mulai latihan, saya kapok karena menganggap tari betawi mudah, ternyata itu hanya ilusi, susahnya kebangetan karena musiknya sulit dijadikan patokan. Again, karena saya gak punya basic nari, meskipun sudah 2x ikut Indonesia Menari, saat workshop tari betawi yang mana cuma 1 hari full, saya keteteran, malu banget karena gerakan saya kaku, kalah sama ondel-ondel.

Setelah melewati serangkaian latihan, diomelin berkali2 karena gerakannya salah mulu apalagi bagian langkah gatot kaca, lutut lebam karena harus sleding berkali-kali, gerakan selancar yang ga selancar namanya, bagian detail yang selalu kurang (kurang rendah kuda2nya, kurang bungkuk, kurang chemistry, kurang galak, kurang senyum, kurang kompak, kurang ini dan kurang itu banyak lah) -bagian favorit saya adalah silat karena dari awal saya ga pernah salah, hahaha- akhirnya kami pun siap untuk tampil di kancah Internasional memperkenalkan budaya Indonesia. Sebelum tampil di Korea kami ada uji tampil dulu tampil di depan anak-anak asuhan Indonesia Mengajar, mereka tampak terhibur sekali dengan tarian kami.

Nah, acara misi budaya ini bertepatan dengan bulan Ramadhan. Awalnya saya gak niat puasa pas di sana karena musafir, tapi ternyata pas di sana saya kepikiran pemain bola yang muslim aja beberapa tetep puasa meski main bola, ditambah banyak peperangan terjadi di bulan Ramadhan dan mereka bisa tetep jaga puasanya, kenapa saya gak bisa padahal saya cuma joget-joget doank. Akhirnya saya memutuskan tetep puasa sepanjang festival budaya. Tapi tetap ada 1 hari saya gak puasa karena mau cobain juga pengalaman jalan-jalan di siang hari sambil bisa kulineran, hehe.

So, gimana keseruan saat di sana? Let the pictures speak...
Ini adalah saat acara pembukaan, di saat kontingen dari negara-negara lain sedang menyantap hidangan, kami foto2 aja ya kan daripada mati gaya. Di sini kami sengaja untuk kompak mengenakan kebaya bagi yang wanita dan batik bagi yang pria. Maafkan gaya temen-temen yang di lesehan, mereka terobsesi dengan ANTM.

tanpa disengaja, 4 orang dari kami kompak menggunakan warna yang sama, coklat

Festival ini berlangsung selama 5 hari, di hari pertama yaitu acara pembukaan kontingen Indonesia di pecah, ada yang tampil di panti jompo untuk menghibur lansia di sana, ada yang tampil di panggung sore harinya. Tim kami kebagian untuk menghibur ahjumma dan ahjussi di sana. Tari piring dibawakan dengan sangat hati-hati, untungnya ga ada piring yang jatoh dan pecah yang bisa membuat para aki dan nini terkejut dan jantungnya kumat, fyuhhh.

Saat nunggu azan Maghrib di hari pertama nih, kami pake count down segala di dalem bus, semacam norak, hahaha. Oh iya puasa di Korea kemarin jadi pengalaman baru buat saya karena untuk pertama kalinya saya merasakan puasa 16 jam; Subuh di sana jam 3.30 am, buka jam 7.30 pm. Jangan harap bisa denger azan dari Masjid di sana ya, karena masjid yang saya jumpai di Korea hanya ada di Itaewon yang merupakan daerah komunitas muslim.

Ini penampilan dari tim Bandung saat acara pembukaan, nama tariannya Mojang Priangan.
Hari kedua tiba yang merupakan hari pertama kami untuk tampil di panggung. Sambil nunggu bus datang, para wanita masih sibuk tusuk sana sini memastikan kostum dan segala propertinya tidak berguguran saat menari.

Indonesia itu gotong royong. Saya selalu senyum2 sendiri liat foto ini, hehe. Saat menunggu giliran tampil pun mereka masih disibukkan dengan touch up sana-sini. Seyogyanya pria memang tidak pernah dandan, saat misi budaya ini kami diharuskan untuk dandan sendiri, ya jangan salahkan kalau alis akhirnya ada yang seperti sinchan, gunung, ataupun ulet bulu., dan jadilah para wanita sibuk ngebenerin alis pria nya.

Agar penampilan sempurna, latihan lagi sebelum tampil. Entah kenapa saya dan Nadia mukanya jutek banget bak pasangan yang lagi berantem gara2 belanja bulanan kurang.

Foto dulu buat cover kaset "kumpulan tari tradisional nusantara"
Tim Piring yang pertama tampil sebelum tim Enjot. Selama latihan tari piring entah sudah berapa piring yang pecah, makanya tiap kali tim piring tampil saya selalu nervous takut ada piring yang jatuh dan pecah. Alhamdulillah sepanjang festival, tiap kali tim piring tampil tidak ada piring yang pecah, kalau hampir jatuh ada untung bisa dipegang kembali dengan begitu cekatannya sama temen kami, fyuhhh.

Kostum tari piring yang meriah, gerakannya yang lincah, dan musiknya yang kece parahh sukses membuat para tamu undangan terhibur. Suntiangnya didatangkan langsung dari Bukit Tinggi lho. Saya selalu suka dengar musik untuk tari piring ini, mulai dari saluang di bagian awal yang bikin hati sejuk sampai talempong yang bikin musiknya jadi makin energik.

Tibalah tim Enjot tampil, dengan gerakan "misi neng" yang saya karang sendiri istilahnya.

Tari Enjot-Enjotan ini adalah tari kreasinya Entong Sukirman yang menggambarkan tentang keseruan pergaulan muda-mudi Betawi yang gerakannya dipadukan dengan gerakan silat bagi prianya. Gerakannya didominasi oleh gerakan selancar, seperti apa itu gerakan selancar? Saya pun bingung jelasinnya.

Bagi prianya ada gerakan loncat saat wanita kasih gerakan kepret, ada juga gerakan sleding bagi prianya yang bikin kami bersyukur pada pencipta dekker yang bisa menghindari kami dari cidera lutut.


Saat festival ada 2 panggung dan ini adalah saat kami tampil di panggung utama, siap-siap gerakan langkah gatot kaca yang mana saya selalu salah dan gak kompak, hehe.

Lagi-lagi saya bingung kenapa mukanya galak banget ya itu harusnya kan senyum sumringah, atau mungkin karena lagi membelakangi penonton ya dan capek senyum mulu makanya nyolong nunjukkin muka sebenarnya, wew.

Selesai nari, kami kontingen Indonesia foto bareng.

Kalo yang ini anak-anak remaja Korea lagi pada dance, ternyata asik diliat juga
Di hari keempat ada parade, setiap kontingen jalan kaki sejauh 3 km sambil menari di 3 spot, salah satunya spot di atas. Kami pilih tari poco-poco yang mana paling mudah, karena kita ga ada latihan bareng dengan tim Bandung untuk parade ini makanya dicari tari yang paling sederhana yang bisa dilakukan bareng-bareng.

Parade diakhiri di panggung utama dan kami nari lagi di sini disaksikan sama walikota Seongju. Paling seru saat parade adalah kontingen Brazil dengan dandanannya yang luar biasa meriah, tapi bisa dibilang malkostum karena kostum mereka super sexy ditengah dinginnya udara Seongju saat itu. 

Selesai parade, acara dilanjutkan dengan closing ceremony oleh warga lokal Seongju. Yang saya suka festival ini benar-benar diikuti oleh semua umur dari anak-anak kecil sampai orang-orang tua yang masih aktif memainkan alat musik di atas. Ada juga acara tarik tambang yang mana tambangnya besar dan berat sekali, dan itu ditarik-tarik sama kami beserta seluruh warga yang ada di festival saat itu, seru sekali tanpa ada jarak dan kecanggungan satu sama lain.

Acara makin heboh saat ada salah satu band Korea, yang tak kukenal namanya apa, tampil dan semua orang, literally semua orang going crazy joget-jogetan. Bahkan ibu-ibu di foto itu "menggilir" 3 teman saya untuk berjoget bersama dia sepanjang lagu, energinya kuat banget mennn!! Jogetnya energik pula bukan joget selow kaya poco-poco.

Pemandangan cukup unik malam itu karena suasananya seperti konser dengan banyak orang berjoget bersama, ditambah berbagai kostum unik dari berbagai negara. Pernah liat gak orang pake suntiang joget-joget kaya lagi clubbing? Nah kurang lebih seperti itu lah suasananya. We were really having fun that night! Bahkan sampai di bus pun teman-teman masih asik joget-joget sambil nyanyi, ditambah lampu di bus yang dibuat meriah, semacam stress relief.

Sebelum pulang ke negara masing-masing kami sempet foto-foto dengan kontingen Thailand. Selain itu ada juga dari New Zealand dan Rusia yang juga hadir menyemarakkan Seongju Festival.


Nah, klo ini temen saya iseng membandingkan betisnya yang besar dengan betis kontingen Rusia yang super slim. Acara Seongju Festival di akhiri dengan city tour di hari terakhir dan setelah itu kamipun balik ke Seoul dan bersiap pulang ke Indonesia. Tapi karena saya extend jadi saya tetap di Seoul selama 3 hari berikutnya.

Meskipun misi budaya selesai, silaturahmi tetap terjalin donk. Ini adalah saat halal bihalal setelah lebaran kemarin. Misi budaya ini benar-benar memberikan pengalaman yang gak akan pernah saya lupakan. Saya selalu bangga dengan budaya Indonesia dan selalu bangga juga menceritakan tentang keunikan Indonesia dengan berbagai keragaman budayanya kepada orang-orang luar negeri yang saya jumpai ketika trip. I Love Indonesia 💗

Oiya kalau penasaran dengan videonya bisa diliat disini, kalau mau liat saya ada di tim Enjot mulai dari menit 11.10, please enjoy the show!

No comments: